TUGAS INDIVIDU
SEJARAH SOSIAL DAN EKONOMI
“BERJUANG MENJADI WIRAUSAHAWAN”
Sejarah Kehidupan Kapitalis Bumi Putra
Indonesia
Pengampu : Prof. Dr. Wasino, M.Hum
NAMA :
FEBRI HARTONO
NIM :
S861408018
KELAS :
B
PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbilalamin, Segala Puji Bagi Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah sejarah sosial dan
ekonomi.
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah sosial
dan ekonomi dalam mengkaji berjuang menjadi wira usahawan, sejarah kehidupan
kapitalis bumi putra Indonesia. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan kepada penulis dan pembaca.
Tersusunnya makalah ini tentunya mendapat dukungan dari berbagai pihak,
sehingga penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1.
Dosen Pengampu
Mata Kuliah,; Prof. Dr.
Wasino, M. Hum
2. Teman-teman
kelas B yang senantiasa memberikan motivasi
Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih ditemui banyak kesalahan,
karena itu kehadiran saran, kritik dan pendapat diharapkan adanya demi
terwujudnya makalah yang lebih baik. Semoga dapat bermanfaat untuk kita
semua,amin..Akhir kata Billhifissabililhaq
fastabiqulkhaerat...
Wassalamualaikum Wr. Wb
Surakarta, Desember 2014
Penyusun
FEBRI HARTONO
Tulisan ini adalah hasil bedah buku Berjuang
Menjadi Wira Usahawan, Sejarah Kehidupan Kapitalis Bumi Putra Indonesia .
Judul Buku Berjuang
Menjadi Wirausahawan, Sejarah kehidupan kapitalis Bumi Putra Indonesia
Penulis :
Prof. Dr. Wasino, M.Hum.
Penerbit :
Universitas Negeri Semarang Press
Tahun Terbit :
2008
Tebal Buku :
73
Kapitalis Orang Jawa
Dalam
pemikiran orang Jawa secara umum, yang di anggap orang berharga adalah jika
menjadi pemimpin, priyayi, kasta kesatria atau brahmana. Di luar itu dianggap
berkedudukan rendah, seperti kasta pedagang dan kasta petani. Berdasarkan
anggapan itulah maka orang tua Jawa di masa lampau menghendaki agar anaknya
kelak menjadi priyayi, pegawai negeri, dan tidak bercita cita menjadi pedagang
atau pengusaha.
Menjadi
priyayi identik menjadi kelas elit, yang memiliki kewibawaan jauh lebih tinggi
dari pada masyarakat kebanyakan. Konsep Jawa halus dan kasar menggambarkan
bahwa kategori pertama adalah kelas priyayi dan yang kedua adalah kelas rakyat.
Yang termasuk dalam kategori priyayi adalah pekerjaan pekerjaan yang terkait dengan
pemerintahan, terutama pemerintahan dalam negeri. ( dokter, guru, termasuk
dosen, tentara dan semacamnya ).
Para
priyayi dipandang memiliki etika tersendiri yang dikenal sebagai satria Pinandhita.
Di pedesaan Jawa, menjadi orang kaya di kalangan orang biasa (wong cilik) di
pandang tidak wajar. Dan kebanyakan menganggap orang kaya di kalangan orang
biasa itu pasti memiliki makhluk halus yang membantu mencari uang. Dengan
demikian kapitalis baru di kalangan pedesaan dipandang sebagai kapitalis yang
berdosa.
Dalam
realitas sejarah menjadi pengusaha bagi orang Jawa sesungguhnya bukanlah hak
yang baru. Pada sekitar tahun 1500, banyak orang Jawa mewnjadi wirausahawan
terutama dalam sektor perdagangan baik perdagangan antar pulau maupun
perdagangan antar negara. Para wirausahawan bumi putra pada masa itu sudah
memiliki nilai tawar yang tinggi di hadapan kapitalis kapitalis asing seperti
China, India, Persia dan barat. mereka bersetatus duduk sama rendah berdiri
sama tinggi, tidak merasa rendah diri di hadapan mereka.
Para
bumi putra yang bergerak dalam bidang perdagangan antar pulau dan antar negara
umumnya tinggal di kota kota yang sedang tumbuh di pantai utara Jawa sejalan
dengan dengan perkembangan agama islam. Kota kota itu antara lain, bonang, Lasem,
Juana, kudus, Jepara, Demak, Tegal, Banten dan sebagainya. Khusus kudus, Jawa
kewirausahaan itu telah di tunjukan oleh sunan kudus yang membangun basis
perekonomiannya dalam bidang perdagangan sehingga telah melahirkan tos kerja
yang kuat pada masyarakat kudus kulon.
Akan
tetapi tradisi wirausaha itu mengalami kemerosotan setelah sultan agung
menjalankan politik sentralisasi kekuasaan pada perempat kedua abad ke-17. Pada
masa itu para bangsawan pesisir yang umumnya para wirausahawan di hancuran.
Hancurnya
kapitalisme bumi putra dari kalangan bangsawan di pesisir utara Jawa sejak abad
ke-17 secara umum telah melahirkan stagnasi ke wira usahawan di kalangan orang
Jawa. Akan tetapi bukan berarti jiwa wirausaha mereka sama sekali mati. Di
sejumlah tempat di wilayah Jawa masih terlihat semangat kewirausahaan mereka yang tercermin di kota lewayan
Surakarta, kota kepajangan di Pekalongan, praja Mangkunegara di Surakarta dan
kudus.
Membangkitkan Kapitalis Bumi Putra
Para
ahli telah membadakan ada dua jenis kapitalis, dan asing masih memiliki
karakteristik yang berbeda.
Kapitalis
pertama dikenal dengan kapitalis birokrasi, kapitalis komprador, kapitalis
semu, dan semacamnya yang hanya berkembang karena endapatkan fasilitas
fasilitas dari kegiatan kegiatan birokrasi pemerintah. Mereka yang berkembang
menjadi kapitalis yang seperti ini umumnya anak para pejabat dan mendapatkan
lesensi dalam proyek proyek yang di gerakan oleh birokrasi pemerintah seperti
jalan raya, gedung sekolah dan sebagainya. Selain itu mereka memperoleh
kemudahan dalam Perolehan modal, terutama dari perbankan. Banyak dari mereka
yang tidak mengembangkan usahanya sendiri, tetapi hanya dipinjam namanya dengan
harapan mendapat fasilitas karena kehidupan dan peran orang tuanya, yang
menggerakkan adalah orang lain yang memang sudah pandai mengembangkan usaha.
Kaum kapitalis seperti ini sering mudah tumbang ketika dukungan birokrasi
melemah.
Kapitalis
tipe kedua adalah para kapitalis yang bergerak dari bawah. Mereka berusaha dari
usaha kecil kecilan yang kemudian karena bakat kewirausahaannya berhasil
membangun kerajaan bisnisnya. Setelah berhasil membangun usahanya, kemudian ada
yang membentuk sebuah tarah bisnis yang maju secara berkelanjutan, tetapi ada yang
mengalami kehancuran setelah orang tuanya meninggal, karena anaknya tidak
senang bergerak di bidang tersebut.
Pada
saat ini pemerintah Indonesia sibuk menebar pesona untuk menarik masuknya modal
asing di Indonesia. Secara ekonomi makro, memang masuknya modal asing besar
besar akan menggerakkan sektor Rill dan
pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang
maju akan dapat menampung tenaga kerja yang besar.
Jika
benar modal asing membanjiri Indonesia dan pelaku ekonomi adalah orang asing,
maka orang Indonesia hanya akan menjadi bangsa buruh dinegara sendiri. Hal ini
pernah terjadi dalam sejarah Indonesia ketika pada akhir abad ke-19 hingga awal
abad ke-20, pemerintah Kolonia Belanda menerapkan politik kolonial liberal. Ketika
itu Indonesia di kuasai oleh swasta asing, dan sebagian bangsa Indonesia
terutama orang Jawa hanya bekerja sebagai kas buruh di tanah airnya sendiri.
Aset aset perusahaan yang berkembang akibat modal asing dari swasta barat
tersebut pada masa revolusi fisik di nasionalisasi oleh para pejuang Indonesia.
Tetapi tidak dapat mengelola dengan baik dan akibatnya mengalami kebangkrutan,
karena cara pengelolaannya tidak baik.
Setelah
bercermin dari sejarah, sesungguhnya orang orang Indonesia terutama orang Jawa dapat
dan perlu menjadi kapitalis. Jika banyak orang Indonesia yang sukses jadi
pengusaha, maka memungkinkan akan makin sedikitnya modal asing yang masuk ke
Indonesia karena modal dari dalam negeri dapat di kembangkan oleh anak anak
generasi bangsa. Melalui cara cara ini maka ketergantungan pada kapitalisme
kapitalisme asing dapat dikurangi sehingga harga diri bangsa di mata dunia
menjadi terangkat. Jadi harga diri tidak harus jadi pejabat ( Wirya ) atau guru
( Winasis ) tapi juga wira usahawan ( Arta ).
LuckyClub - Best Online Casino in the Philippines
BalasHapusFind everything you need to know about LuckyClub at LuckyClub.live. Play top rated casino games and claim your bonus! Rating: 카지노사이트luckclub 9/10 · 1 vote