TUGAS KELOMPO
HISTORIOGRAFI
KOLONIAL
Pengampu:
Dr. Djono, M.Pd

KELOMPOK
2
AGUS
DEDIANSYAH S861408002
FEBRI
HARTONO S861408018
MUHAMMAD
SADIKIN S861408034
RULIANTO S861408044
PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN
SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2015
KATA
PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbilalamin, Segala Puji Bagi Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga kami kelompok III dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah transformasi
pendidikan.
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Historiografi
dalam mengkaji Historiografi Kolonial. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan menambah pengetahuan kepada kelompok II dan pembaca.
Tersusunnya makalah ini tentunya mendapat dukungan dari berbagai pihak,
sehingga penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1.
Dosen Pengampu
Mata Kuliah,; Dr. Djono, M.Pd
2. Teman-teman
kelas B yang senantiasa memberikan motivasi
Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih ditemui banyak kesalahan,
karena itu kehadiran saran, kritik dan pendapat diharapkan adanya demi
terwujudnya makalah yang lebih baik. Semoga dapat bermanfaat untuk kita
semua,amin..Akhir kata Billahifissabililhaq fastabiqulkhaerat...
Wassalamualaikum Wr. Wb
Surakarta, Maret
2015 Penyusun
Kelompok II
DAFTAR
ISI
HALAMAN
SAMPUL.......................................................................... i
KATA
PENGANTAR........................................................................... ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUA........................................................................ 1
A. Latar
Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan
Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan
Makalah........................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN....................................................................... 2
A. Pengertian
Historiografi Kolonial............................................... 2
B. Ciri-Ciri
Historiografi Kolonial................................................... 5
C. Kelebihan
dan Kekurangan Historiografi Kolonial.................... 7
BAB
III KESIMPULAN....................................................................... 9
A. Penutup....................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Berbicara mengenai perkembangan
historiografi Indonesia tidak dapat mengabaikan buku-buku historiografi yang
dihasilkan oleh sejarawan kolonial. Tidak dapat disangkal bahwa historiografi
kolonial turut memperkuat proses historiografi Indonesia, historiaografi
kolonial dengan sendirinya menonjolkan peran bangsa Belanda dan memberi tekanan
pada aspek politik dan ekonomi. Hal ini merupakan perkembangan logis dari
situasi kolonial ketika penulisan sejarah bertujuan utama mewujudkan sejarah
dari golongan yang berkuasa beserta lembaga-lembaganya.
Penulisan sejarah kolonial tentunya tidak lepas dari
kepentingan penguasa kolonial, kepentingan itu mewarnai interpretasi mereka
terhadap suatu peristiwa sejarah yang tentunya berbeda dengan penafsiran
penulis sejarah nasional Indonesia. Jika dalam sejarah Belnda-sentris
menonjolkan peranan VOC sebagai “pemersatu” dalam menulis sejarah
Hindia-Belanda (Indonesi) maka dalam pandangan indonesia-sentris hal itu kan
berbeda. Kehadiran bangsa barat pada umumnya serta Belanda pada khususnya dan
sengaja atau tidak sengaja mendorong kearah integrasi.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian Latar Belakang di atas, maka dapat diambil
sebuah rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
pengertian serta ruang lingkup historiografi kolonil?
2. Apasajakah
ciri-ciri historiografi kolonial?
3. Apakah
kelebihan dan kekurangan Historiografi Kolonial?
C. Tujuan
Makalah
Dari rumusan masalah di atas, maka
yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan
pengertian dan ruang lingkup historiografi kolonial;
2. Mendeskripsikan
ciri-ciri historiografi kolonial.
3. Mendeskripsikan
kelebihan dan kekurangan Historiografi Kolonil.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Historiografi Kolonial
Pada masa penjajahan benda atau masa
kolonial menghasilkan banyak tulisan-tulisan yang berbeda dengan
tulisan-tulisan pada masa sebelumnya. Historiografi kolonial adalah merupakan
produk penulisan sejrah Indonesia selama di bawah pemerintahan Kolonial Belanda
dan merupakan antitesis sejarah tradisional yang telah berkembang sebelumnya
(Warto: 9). Sama dengan hal tersebut, historiografi kolonial merupakan
penulisan sejarah yang membahas masalah penjajahan belanda atas bangsa
Indonesia. Penulisan tersebut dilakukan oleh orang-orang Belanda dan banyak di
antara penulis-penulisnya yang tidak pernah melihat Indonesia, sumber-sumber
yang dipergunakan adalah dari arsip negara di negeri Belanda dan di Jakarta,
namun pada umumnya tidak menggunakan atau lebih menggabaikan sumber-sumber
Indonesia.
Historiografi
Kolonial adalah penulisan sejarah Indonesia yang ditulis untuk kepentingan dan
dengan cara pandang kolonial Belanda atau lebih bersifat Eropasentris atau
Nearlandosentris. Seperti yang di ungkapakan (kartodirdjo: 25), “ Telah banyak
kupasan-kupasan tentang pandangan historiografis sejarah yang tradisional dan
kesemuanya menekankan ciri yang menonjol, ialah Nederlandosentrisme khususnya
dan Eropasentrisme pada umumnya.
Salah
satu perkembangan penting dalam penulisan sejarah di indonesia yang mengarah
pada bentuk historiografi yang moderen adalah penulisan sejara yang di tulis
oleh orang belanda. Sebuah tim yang terdiri dari para ahli sejarah dan
diketahui Dr.FW.Stapel. judul buku sejarah yang di tulis tersebut yaitu Geschiedenis Van Nederlandsch Indie (
sejarah hindia belanda )
Buku
yang di tulis oleh stapel tersebut lebih banyak menceritakan peran penjajah
belanda di indonesia. Penjajah belanda merupakan subjek atau pemeran utama
dalam cerita sejarah. Sedangkan bangsa indonesia hanyalah merupakan objek dari
cerita sejarah. Bangsa belanda merupakan pemilik daerah jajahan, orang yang
harus di pertuan, sedangkan bangsa indonesia adalah merupakan abdi bagi bangsa
belanda. Tindakan tindakan bangsa indonesia yang bertentangan dengan penjajah
belanda dianggap sebagai pemberontak.
Tokoh
toko penting dari orang belanda di anggap sebagai orang besar, sedangkan tokoh
tokoh bangsa indonesia yang di anggap sebagai pahlawan, dianggap sebagai orang
jelek, jahat dan selalu terkait dengan cerita negatif lainnya. Misalnya
diceritakan bagaimana kompeni merasa keilangan besar ketika J.P.Coen seorang
gubernur jendral meninggal. Dia dikuburkan dengan cara penguburan yang besar.
Ketika akan dikuburkan, rakyat betawi mengusungnya. Contoh sebaliknya adalah
cerita mengenai sultan banten. Diceritakan bahwa sultan ageng tirtayasa adalah
seorang yang cerdik, bijaksana dan taat menjalankan agama islam, tapi dibalik
itu semua diceritakan bahwa dia memiliki kelakuan yang bengis, hatinya jelek,
selamanya memusuhi kompeni dan ingin memajukan banten dan ingin membinasahkan
orang orang betawi jakarta.
Uraian
penulisan sejarah yang demikian itu seperti yang di tulis oleh stapel, disebut
dengan pendekatan penulisan yang nederlandosentris. Pendekatan ini berarti
penulisan sejarah yang dilihat dari sudut belanda. Buku yang ditulis stepel
tersebut bukanlah merupakan sejarah indonesia, tetapi merupakan suatu penulisan
sejarah penajajahan belanda atau sejarah belanda di negeri jajahan. Karena
penulisan sejarah yang lebih menampilkan orang belanda maka dalam tulisan itu,
orang belanda seakan akan menjadi subjek dalam cerita sejarah. Bangsa indonesia
dikenal sebagai kaum pribumi. Sebutan ini lebih menunjukan bahwa indonesia
bukanlah dianggap sebgai bangsa, dan tidak memiliki suatu negara. Dan kedudukan
bangsa indonesia dianggap sebagai pelayan bagi oang orang belanda.
Penulisan
sejarah yang Nederlandssentris dalam perkembangan kemudian banyak mendapatkan
kritikan. Nederlandsentris Tidak dapat menampilkan bangsa indonesia atau
penulisan yang berdasarkan pada nasionalisme bangsa indonesia. Penulisan sejara
yang lebih menonjolkan peran bangsa indonesia atau indonesiansenris merupakan
bentuk dari dekolonisasi terhadap historiografi, artinya pelepasan penulisan
sejarah dari penjajahan belanda.
Tidak
dapat disangkal, bawa historiografi turut memperkuat proses naturalisasi
historiografi indonesia. Terlepas dari berbagai objektivitas yang melekat pada
penulisan penulisan sejarawan kolonial, pada umumnya deskripsinya
berorentasikan fakta fakta dan kejadian kejadian, umpamanya dalam sejarah voc
tentang yang bersangkutan dengan pelayaran, perdagangan dan peperangan melawan
raja raja. Kekayaan akan fakta fakta sungguh menyolok. Apabila dalam sistem
historiografi tradisional kehadiran bangsa belanda di indonesia handaklah
diterangkan dengan memitologisasikan, seperti kisah baron sakender, sejarah
(secara) teknis kita akan menghadapinya secara kritis dengan sendirinya
selektif.
Historiografi
kolonial dengan sendirinya menonjiokan peran bangsa belanda dan memberi teksnsn
pada aspek politis, ekonomis, dan institusional. Hal ini merupakan perkembangan
secara logis dari situasi kolonial di mana penulisan sejarah dari golongan yang
dominan beserta lembaga-lembaganya. Interprestasi dari zaman kolonial cenderung
untuk membuat mitologisasi dari dominasi itu, dengan menyebut perang-perang
kolonial sebagai usaha pasifikasi daerah-daerah, yang sesungguhnya mengadakan
perlawanan untuk survival masyarakat serta kebudayaannya. Apabila kita
mengingat banyaknya perlawanan selama abad 19, baik yang berupa dalam skala
besar seperti perang padri dan perang dinegara atau perang aceh, atau maupun
yang bersekala kecil, yang oleh rakyat juga di sebut rusuh atau brandalan,
seperti pemberontakan cilegon, gedangan, jambi, cimareme, maka apa disebut pax Neerlandica lebih merupakan mitos
daripada kenyataan sejarah. Sejara perang kolonial itu terutama menguraikan
pelbagai operasi militer secara mendetail. Sedang bangsa Indonesia hanya
disebut sebagai objek dari aksi militer belanda, tidak diterangkan organisasi
intern dari pemberontakan itu, siapa dan termasuk golongongan apakah golongan
itu, serta apakah yang sesungguhnya menjadi tujuannya.
Sesuai dengan namanya yaitu sejarah
kolonial, maka sebenarnya kuranglah tepat bila disebut dengan penulisan sejarah
Indonesia. Lebih tepat disebagai sejarah Bangsa Belanda di Hindia Belanda
(Indonesia) mengapa demikian, hal ini tidaklah mengherankan sebab fokus
pembicaraan adalah bangsa Belanda, bukanlah kehidupan rakyat atau kiprah bangsa
Indonesia di masa penjajahan Belanda. Itulah sifat pokok dari Historiografi
Kolonial ialah Eropasentris atau Belandasentris yang dibentangkan atau
diuraikan secara panjang lebar di dalam aktivitas bangsa Belanda, pemerintahan
kolonial, aktivitas para pegawai kompeni (orang-orang kulit putih) seluk beluk
kegiatan para gubernur jenderal dalam menjalankan aktivitasnya ditanah jajahan,
dan mengabaikan segala aktivitas, kejadian yang dialami oleh rakyat dan Bangsa
Indonesia.
Historiografi kolonial banyak
dipengaruhi tradisi penulisan sejarah di Eropa abad ke-19 di bawah tokoh
Leopold von Ranke, yang di anggap sebagai “bapak”historografi modern”. Historiografi
kolonial yang bersadar pada sumber-sumber arsip resmi negara mempengaruhi
konstruk sejarah yang dihadirkan. Para sejarawan sejarah kolonial sepenuhnya
mengandalakan studi arsip resmi yang dihimpun oleh pemerintah Kolonial Belanda
yang sebagian besar merupakan laporan para pejabat baik dipusat maupun di
daerah. Muda diduga bahwa laporan-laporan resmi tersebut cenderunggg disusun
untuk menyenangkan atasaaan dan dimanupulasi untuuuk kepentingan karir mereka
masing-masing.
Dari sumber sejarah seperti itulah para
sejarah merekonstruksi proses sejarah Indonesia yang pada dasarnya menceritakan
sejarah orang-orang Belanda di Indonesia. Pemanfaatan sumber-sumber lokal
seperti sumber lisan dan artefak lainya belum banyak diminati sehingga
kehadiran penduduk pribumi dalam historiografi kolonial tidak terlihat atau
dengan sengaja disingkirkan. Di samping itu, historiografi yang bias
kepentingan negara kolonial menutup kemungkinan dihadirkannya peran pribumi
yang tidak ada kaitanya dengan kepentingan pemerintah kolonial Belanda. Justru
yang terjadi adalah memutar balikan realitas sejarah untuk mendukung kerangka
historiografi yang kolonial.
B. Ciri-Ciri
Historiografi Kolonial
Historiografi
kolonial sering disebut dengan Eropasentris yang berasal dari karya-karya yang
dihasilkan oleh orang-orang Belanda. Historiografi kolonial memiliki beberapa
ciri-ciri diantaranya:
1.
Penulisan sejarahnya biasanya berisi
tentang kisah perjalanan atau petualangan untuk menemukan daerah-daerah baru
untuk dijadikan koloninya (dijajah),
2.
Tulisan mereka lebih merupakan sarana
propaganda untuk kepentingan mereka (Belanda) dan sekaligus untuk mengendurkan
semangat perlawanan bangsa Indonesia,
3.
Bersifat Belanda sentris kepentingan
kolonial sangat mewarnai interpretasi mereka terhadap suatu peristiwa sejarah
yang terjadi. Tujuan Historiografi Kolonial adalah semata-mata untuk
memperkokok kekuasaan mereka di Indonesia ataupun di temapat jajahan mereka.
Histirografi
Kolonial adalah penulisan sejarah Indonesia yang ditulis untuk kepentingan dan
dengan cara pandangan kolonial Belanda atau bersifat Eropasentris atau
Nearlandosentris. Peristiwa yang terjadi di Indonesia pada masa pemerintahan
Belanda di tulis berdasarkan kepentingan Belanda. Historiografi kolonial berisi
kisah-kisah orang-orang Belanda di tanah jajahan (Indonesia) dan orang-orang
pribumi yang memiliki peran dan mendukung kepentingan pemerintahan kolonial.
Orang-orang pribumi yang tidak memiliki dan menentang kepentingan pemerintah
kolonial tidak masuk dalam sejarah kolonial.
Ciri-ciri
lain historiografi kolonial :
a.
Bersifat diskriminatif;
b.
Menggunakan sumber-sumber belanda;
c.
Berisi sejarah orang besar dan sejarah
politik;
d.
Merupakan sejarah orang Belanda di tanah
jajahan (Indonesia);
e.
Menganggap bahwa Indonesia belum
memiliki sejarah sebelum kedatangan orang-orang belanda.
Penulisan
Historiogarafi kolonial dipelopori oleh penulis-penulis Belanda sebagai berikut
:
1.
F. Valentijn melaui katyanya yang berjudul
Oud en Nieuw oost Indien
2.
Veth melalui karyanya yang berjudul
Java, Geografisch, Etnologisch, Historisch
3.
Eykman dan Stapel melalui karyanya yang
berjudul Beknopt Leerboek der Geschiedenis van Nederlandsch-Indie
4.
Van dam melalui karyanya yang berjudul
Beschrijvinge der O.I Compagnie
5.
Y.C Van Leur melalui karyanya yang
berjudul Indonesia Trade and Society
6.
Schrieke melalui karyanya yang
berjudul Indonesia Sociological Studies
7.
Wertheim melalui karyanya yang berjudul
Indonesia Society in Transition.
C. Kelebihan
dan Kekurangan Historiografi Kolonial
a.
Kelebihan Historiografi Kolonial
Tidak disangka bahwa historiografi masa
kolonial turut memperkuat proses naturalisasi historiografi Indonesia, terlepas
dari subjektifitas yang melekat sejarawan kolonial berorientasikan fakta-fakta
dan kejadian-kejadian. Kekayaan akan fakta-fakta sunggu mencolok, pembicaraan
mengenai perkembangan historiografi Indonesia tidak dapat mengabaikan literatur
yang dihasilkan oleh sejarawan kolonial.
b.
Kelemahan Historiografi Masa Kolonial
1. Subyektivitas
Tinggi Terhadap Belanda
Subyektivitas begitu melekat pada
historiografi kolonial, sejarawan kolonial pada umumnya deskripsinya
berorientasi pada kejadian-kejadian yang menyangkut orang-orang Belanda,
misalnya dalam sejarah VOC. Banyak kupasan-kupasan yang menekankan ciri yang
menonjol yaitu Nederlandosetrisme pada khususnya dan Eropasentrisme pada
umumnya.
Apabila kita memningat banyak perlawanan
selama abad 19, baik berupa perang berskala besar (perang padri, perang
diponegoro, dan perang aceh) maupun berskala kecil yang dilakukan ole rakyat
disebut rusuh atau berandalan.
2. Kekurangan
Kualitatif dari Sejarawan-Sejarawan Kolonial
Kebanyakan buku tentang sejarah kolonial
mempunyai hal-hal yang kaku dan dibuat-buat, buku-buku yang ditulis dari ruang
studi di Belanda dan hampir seluruhnya membahas Gubernemen dan pejabat-pejabat
dan orang-orang pribumi yang kebetulan bekerja pada pemerintahan kolonial.
Hanya sedikit yang dibicarakan tentang rakyat berfikir, yang merasa bertindak
dan hampir tidak seorang pun berusaha meneliti syair-syair, hikayat, babad, dan
sejarah. Apa yang menjadi pertimbangan dan pendapat mereka karena kebanyakan
sejarawan Campagnie hampir tidak menceritakan akan adanya tulisan-tulisan
pribumi atau menilainya terlalu rendah. Mereka malu akan bahan-bahannya baik
orang Eropa maupun orang pribumi dikritik, bahwa keadaanya jauh lebih baik dan
hal ini membenarkan kehadiran orang-orang Eropa sekarang.
3. Kekurangan
Kuantitatif
Setelah masa kompeni relatif sedikit
karya-karya yang diterbitkan yang disebabkan oleh sistem kerahasiaan yang fatal
dan berlaku pada masa itu dan pengawasan yang menurun terhadap jajahan pada
abad ke-18. Berdasarkan jumlah arsip yang banyak, hanya sedikit saja yang
merupakan sumber terbuka. Cukup besar keuntungan kita apabila mempunyai
penerbit dari Generalie Missiven atau laporan-laporan kolonial yang dititipkan
setiaptahun, satu atau beberapa examplar pada kapal-kapal yang berlayar pulang.
Tidak hanya mengenai sejarah Hindia-Belanda melainkan juga tentang sejarah Asia
dan Afrika. Kita saat ini hanya memiliki satu penerbitan yang sangat tidak
lengkap dari Missive yang dikumpulkan oleh ahli arsip kerajaan, de jonge
memiliki hubungan dengan Indonesia. Penerbit ini dicetak atas kertas yang buruk
sekali, sehingga penerbit ini tidak akan bertahan lama, hal ini merupakan salah
satu contoh kesulitan yang dihadapi seorang sejarawan kompeni dan jumlah buku
mengenai sejarah Indonesia sangatlah minim.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Historiografi
indonesia dari masa dulu telah mengalami perkembangan dengan tahap tahap.
Bermula dari historiografi tradisional, historiografi kolonial, historiografi
revolusi, dan yang sekarang berkembang adalah historiografi modern.
Berkaitan
dengan bahasan kami mengenai historiografi tahap dua (kolonial), Historiografi
Kolonial adalah penulisan sejarah Indonesia yang ditulis untuk kepentingan dan
dengan cara pandang kolonial Belanda atau lebih bersifat Eropasentris atau
Nearlandosentris
Historiografi
kolonial dengan sendirinya menonjiokan peran bangsa belanda dan memberi teksnsn
pada aspek politis, ekonomis, dan institusional. Hal ini merupakan perkembangan
secara logis dari situasi kolonial di mana penulisan sejarah dari golongan yang
dominan beserta lembaga-lembaganya. Interprestasi dari zaman kolonial cenderung
untuk membuat mitologisasi dari dominasi itu, dengan menyebut perang-perang
kolonial sebagai usaha pasifikasi daerah-daerah, yang sesungguhnya mengadakan
perlawanan untuk survival masyarakat serta kebudayaannya
Dalam
historiografi kolonial memiliki beberapa karakteritik yang membedakannya dengan
historiografi pada periode lainnya. Historiografi kolonial ditulis oleh
sejarawan atau orang orang pemerintah kolonial yang intinya bahwa yang membuat
adalah orang barat. Pembuatan historiografi ini dimaksudkan untuk dijadikan
bahan laporan pada pemerintah kerajaan belanda sebagai evaluasi menentukan
kebijakan pada daerah kolonial.
Historiografi
kolonial sering disebut dengan Eropasentris yang berasal dari karya-karya yang
dihasilkan oleh orang-orang Belanda. Historiografi kolonial memiliki beberapa
ciri-ciri diantaranya:
4.
Penulisan sejarahnya biasanya berisi
tentang kisah perjalanan atau petualangan untuk menemukan daerah-daerah baru
untuk dijadikan koloninya (dijajah),
5.
Tulisan mereka lebih merupakan sarana
propaganda untuk kepentingan mereka (Belanda) dan sekaligus untuk mengendurkan
semangat perlawanan bangsa Indonesia,
6.
Bersifat Belanda sentris kepentingan
kolonial sangat mewarnai interpretasi mereka terhadap suatu peristiwa sejarah
yang terjadi. Tujuan Historiografi Kolonial adalah semata-mata untuk
memperkokok kekuasaan mereka di Indonesia ataupun di temapat jajahan mereka.
Ciri-ciri
lain historiografi kolonial :
f.
Bersifat diskriminatif;
g.
Menggunakan sumber-sumber belanda;
h.
Berisi sejarah orang besar dan sejarah
politik;
i.
Merupakan sejarah orang Belanda di tanah
jajahan (Indonesia);
j.
Menganggap bahwa Indonesia belum
memiliki sejarah sebelum kedatangan orang-orang belanda.
Historiografi
kolonial juga memiliki kelebih dan kerungan tersendiri, kelebihannya adalah
dapat menjadi sumber rujukan bagi penulisan sejarah indonesia. Dan sedangkan
klemahan dari Historiografi kolonial adalah memiliki subjektifitaf yang tinggi
dan memiliki kelemaan kualitatif dan kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
Kartodirdjo, Sartono. 2014. “Pemikiran dan Perkembangan Historiografi
Indonesia”, Yogyakarta :
Ombak
Mulyana, Agus & Darmiasti. 2009. “Historiografi di Indonesia Dari Magis
Religius Hingga Struktural”, Bandung :
Refika Aditama
Warto. 2014. “Dekolonisasi Historiografi Indonesia dan Kesadaran
Dekonstruktif”, Surakarta :
Universitas Sebelas Maret
nasional/ di akses
tanggal 16 maret 2015, pukul 18.30
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2012/04/historiografi-masa-kolonial.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar