Kamis, 19 Maret 2015

TUGAS INDIVIDU
SEJARAH SOSIAL DAN EKONOMI
“BERJUANG MENJADI WIRAUSAHAWAN”
Sejarah Kehidupan Kapitalis Bumi Putra Indonesia
Pengampu : Prof. Dr. Wasino, M.Hum



NAMA       : FEBRI HARTONO
NIM            : S861408018
KELAS      : B


PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2014

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbilalamin, Segala Puji Bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah sejarah sosial dan ekonomi.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah sosial dan ekonomi dalam mengkaji berjuang menjadi wira usahawan, sejarah kehidupan kapitalis bumi putra Indonesia. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kepada penulis dan pembaca.
Tersusunnya makalah ini tentunya mendapat dukungan dari berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.      Dosen Pengampu Mata Kuliah,;  Prof. Dr. Wasino, M. Hum
2.      Teman-teman kelas B yang senantiasa memberikan motivasi

Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih ditemui banyak kesalahan, karena itu kehadiran saran, kritik dan pendapat diharapkan adanya demi terwujudnya makalah  yang lebih baik. Semoga dapat bermanfaat untuk kita semua,amin..Akhir kata Billhifissabililhaq fastabiqulkhaerat...
Wassalamualaikum Wr. Wb
Surakarta,  Desember  2014
                                                                                    Penyusun

                                                                                    FEBRI HARTONO
Tulisan ini adalah hasil bedah buku Berjuang Menjadi Wira Usahawan, Sejarah Kehidupan Kapitalis Bumi Putra Indonesia .

Judul Buku      Berjuang Menjadi Wirausahawan, Sejarah kehidupan kapitalis     Bumi Putra Indonesia  
Penulis             : Prof. Dr. Wasino, M.Hum.
Penerbit           : Universitas Negeri Semarang Press
Tahun Terbit    : 2008
Tebal Buku      : 73

Kapitalis Orang Jawa
Dalam pemikiran orang Jawa secara umum, yang di anggap orang berharga adalah jika menjadi pemimpin, priyayi, kasta kesatria atau brahmana. Di luar itu dianggap berkedudukan rendah, seperti kasta pedagang dan kasta petani. Berdasarkan anggapan itulah maka orang tua Jawa di masa lampau menghendaki agar anaknya kelak menjadi priyayi, pegawai negeri, dan tidak bercita cita menjadi pedagang atau pengusaha.
Menjadi priyayi identik menjadi kelas elit, yang memiliki kewibawaan jauh lebih tinggi dari pada masyarakat kebanyakan. Konsep Jawa halus dan kasar menggambarkan bahwa kategori pertama adalah kelas priyayi dan yang kedua adalah kelas rakyat. Yang termasuk dalam kategori priyayi adalah pekerjaan pekerjaan yang terkait dengan pemerintahan, terutama pemerintahan dalam negeri. ( dokter, guru, termasuk dosen, tentara dan semacamnya ).
Para priyayi dipandang memiliki etika tersendiri yang dikenal sebagai satria Pinandhita. Di pedesaan Jawa, menjadi orang kaya di kalangan orang biasa (wong cilik) di pandang tidak wajar. Dan kebanyakan menganggap orang kaya di kalangan orang biasa itu pasti memiliki makhluk halus yang membantu mencari uang. Dengan demikian kapitalis baru di kalangan pedesaan dipandang sebagai kapitalis yang berdosa.
Dalam realitas sejarah menjadi pengusaha bagi orang Jawa sesungguhnya bukanlah hak yang baru. Pada sekitar tahun 1500, banyak orang Jawa mewnjadi wirausahawan terutama dalam sektor perdagangan baik perdagangan antar pulau maupun perdagangan antar negara. Para wirausahawan bumi putra pada masa itu sudah memiliki nilai tawar yang tinggi di hadapan kapitalis kapitalis asing seperti China, India, Persia dan barat. mereka bersetatus duduk sama rendah berdiri sama tinggi, tidak merasa rendah diri di hadapan mereka.
Para bumi putra yang bergerak dalam bidang perdagangan antar pulau dan antar negara umumnya tinggal di kota kota yang sedang tumbuh di pantai utara Jawa sejalan dengan dengan perkembangan agama islam. Kota kota itu antara lain, bonang, Lasem, Juana, kudus, Jepara, Demak, Tegal, Banten dan sebagainya. Khusus kudus, Jawa kewirausahaan itu telah di tunjukan oleh sunan kudus yang membangun basis perekonomiannya dalam bidang perdagangan sehingga telah melahirkan tos kerja yang kuat pada masyarakat kudus kulon.
Akan tetapi tradisi wirausaha itu mengalami kemerosotan setelah sultan agung menjalankan politik sentralisasi kekuasaan pada perempat kedua abad ke-17. Pada masa itu para bangsawan pesisir yang umumnya para wirausahawan di hancuran.
Hancurnya kapitalisme bumi putra dari kalangan bangsawan di pesisir utara Jawa sejak abad ke-17 secara umum telah melahirkan stagnasi ke wira usahawan di kalangan orang Jawa. Akan tetapi bukan berarti jiwa wirausaha mereka sama sekali mati. Di sejumlah tempat di wilayah Jawa masih terlihat semangat kewirausahaan  mereka yang tercermin di kota lewayan Surakarta, kota kepajangan di Pekalongan, praja Mangkunegara di Surakarta dan kudus.              
Membangkitkan Kapitalis Bumi Putra
Para ahli telah membadakan ada dua jenis kapitalis, dan asing masih memiliki karakteristik yang berbeda.
Kapitalis pertama dikenal dengan kapitalis birokrasi, kapitalis komprador, kapitalis semu, dan semacamnya yang hanya berkembang karena endapatkan fasilitas fasilitas dari kegiatan kegiatan birokrasi pemerintah. Mereka yang berkembang menjadi kapitalis yang seperti ini umumnya anak para pejabat dan mendapatkan lesensi dalam proyek proyek yang di gerakan oleh birokrasi pemerintah seperti jalan raya, gedung sekolah dan sebagainya. Selain itu mereka memperoleh kemudahan dalam Perolehan modal, terutama dari perbankan. Banyak dari mereka yang tidak mengembangkan usahanya sendiri, tetapi hanya dipinjam namanya dengan harapan mendapat fasilitas karena kehidupan dan peran orang tuanya, yang menggerakkan adalah orang lain yang memang sudah pandai mengembangkan usaha. Kaum kapitalis seperti ini sering mudah tumbang ketika dukungan birokrasi melemah.
Kapitalis tipe kedua adalah para kapitalis yang bergerak dari bawah. Mereka berusaha dari usaha kecil kecilan yang kemudian karena bakat kewirausahaannya berhasil membangun kerajaan bisnisnya. Setelah berhasil membangun usahanya, kemudian ada yang membentuk sebuah tarah bisnis yang maju secara berkelanjutan, tetapi ada yang mengalami kehancuran setelah orang tuanya meninggal, karena anaknya tidak senang bergerak di bidang tersebut.
Pada saat ini pemerintah Indonesia sibuk menebar pesona untuk menarik masuknya modal asing di Indonesia. Secara ekonomi makro, memang masuknya modal asing besar besar akan menggerakkan sektor Rill  dan pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang maju akan dapat menampung tenaga kerja yang besar.
Jika benar modal asing membanjiri Indonesia dan pelaku ekonomi adalah orang asing, maka orang Indonesia hanya akan menjadi bangsa buruh dinegara sendiri. Hal ini pernah terjadi dalam sejarah Indonesia ketika pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, pemerintah Kolonia Belanda menerapkan politik kolonial liberal. Ketika itu Indonesia di kuasai oleh swasta asing, dan sebagian bangsa Indonesia terutama orang Jawa hanya bekerja sebagai kas buruh di tanah airnya sendiri. Aset aset perusahaan yang berkembang akibat modal asing dari swasta barat tersebut pada masa revolusi fisik di nasionalisasi oleh para pejuang Indonesia. Tetapi tidak dapat mengelola dengan baik dan akibatnya mengalami kebangkrutan, karena cara pengelolaannya tidak baik.
Setelah bercermin dari sejarah, sesungguhnya orang orang Indonesia terutama orang Jawa dapat dan perlu menjadi kapitalis. Jika banyak orang Indonesia yang sukses jadi pengusaha, maka memungkinkan akan makin sedikitnya modal asing yang masuk ke Indonesia karena modal dari dalam negeri dapat di kembangkan oleh anak anak generasi bangsa. Melalui cara cara ini maka ketergantungan pada kapitalisme kapitalisme asing dapat dikurangi sehingga harga diri bangsa di mata dunia menjadi terangkat. Jadi harga diri tidak harus jadi pejabat ( Wirya ) atau guru ( Winasis ) tapi juga wira usahawan ( Arta ).

                   

Historiografi Kolonial

TUGAS KELOMPO
HISTORIOGRAFI KOLONIAL
Pengampu: Dr. Djono, M.Pd



KELOMPOK 2
                                    AGUS DEDIANSYAH         S861408002
                                    FEBRI HARTONO               S861408018
                                    MUHAMMAD SADIKIN    S861408034
                                    RULIANTO                           S861408044


PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2015




KATA PENGANTAR
Bismillah 05.BMP
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbilalamin, Segala Puji Bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga kami kelompok III dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah transformasi pendidikan.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Historiografi dalam mengkaji Historiografi Kolonial. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kepada kelompok II dan pembaca.
Tersusunnya makalah ini tentunya mendapat dukungan dari berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.      Dosen Pengampu Mata Kuliah,;  Dr. Djono, M.Pd
2.      Teman-teman kelas B yang senantiasa memberikan motivasi

Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih ditemui banyak kesalahan, karena itu kehadiran saran, kritik dan pendapat diharapkan adanya demi terwujudnya makalah  yang lebih baik. Semoga dapat bermanfaat untuk kita semua,amin..Akhir kata Billahifissabililhaq fastabiqulkhaerat...
Wassalamualaikum Wr. Wb
Surakarta,   Maret 2015                      Penyusun

                                                                                    Kelompok II


DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................        i
KATA PENGANTAR...........................................................................        ii
DAFTAR ISI..........................................................................................        iii
BAB I PENDAHULUA........................................................................        1
A.    Latar Belakang Masalah..............................................................        1
B.     Rumusan Masalah.......................................................................        1
C.     Tujuan Makalah...........................................................................        1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................        2
A.    Pengertian Historiografi Kolonial...............................................        2
B.     Ciri-Ciri Historiografi Kolonial...................................................        5
C.     Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Kolonial....................        7
BAB III KESIMPULAN.......................................................................        9
A.    Penutup.......................................................................................        9
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Berbicara mengenai perkembangan historiografi Indonesia tidak dapat mengabaikan buku-buku historiografi yang dihasilkan oleh sejarawan kolonial. Tidak dapat disangkal bahwa historiografi kolonial turut memperkuat proses historiografi Indonesia, historiaografi kolonial dengan sendirinya menonjolkan peran bangsa Belanda dan memberi tekanan pada aspek politik dan ekonomi. Hal ini merupakan perkembangan logis dari situasi kolonial ketika penulisan sejarah bertujuan utama mewujudkan sejarah dari golongan yang berkuasa beserta lembaga-lembaganya.
            Penulisan sejarah kolonial tentunya tidak lepas dari kepentingan penguasa kolonial, kepentingan itu mewarnai interpretasi mereka terhadap suatu peristiwa sejarah yang tentunya berbeda dengan penafsiran penulis sejarah nasional Indonesia. Jika dalam sejarah Belnda-sentris menonjolkan peranan VOC sebagai “pemersatu” dalam menulis sejarah Hindia-Belanda (Indonesi) maka dalam pandangan indonesia-sentris hal itu kan berbeda. Kehadiran bangsa barat pada umumnya serta Belanda pada khususnya dan sengaja atau tidak sengaja mendorong kearah integrasi.
B.     Rumusan Masalah
            Dari uraian Latar Belakang di atas, maka dapat diambil sebuah rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana pengertian serta ruang lingkup historiografi kolonil?
2.      Apasajakah ciri-ciri historiografi kolonial?
3.      Apakah kelebihan dan kekurangan Historiografi Kolonial?
C.     Tujuan Makalah
            Dari rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Menjelaskan pengertian dan ruang lingkup historiografi kolonial;
2.      Mendeskripsikan ciri-ciri historiografi kolonial.
3.      Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan Historiografi Kolonil.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Historiografi Kolonial
            Pada masa penjajahan benda atau masa kolonial menghasilkan banyak tulisan-tulisan yang berbeda dengan tulisan-tulisan pada masa sebelumnya. Historiografi kolonial adalah merupakan produk penulisan sejrah Indonesia selama di bawah pemerintahan Kolonial Belanda dan merupakan antitesis sejarah tradisional yang telah berkembang sebelumnya (Warto: 9). Sama dengan hal tersebut, historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah yang membahas masalah penjajahan belanda atas bangsa Indonesia. Penulisan tersebut dilakukan oleh orang-orang Belanda dan banyak di antara penulis-penulisnya yang tidak pernah melihat Indonesia, sumber-sumber yang dipergunakan adalah dari arsip negara di negeri Belanda dan di Jakarta, namun pada umumnya tidak menggunakan atau lebih menggabaikan sumber-sumber Indonesia.
            Historiografi Kolonial adalah penulisan sejarah Indonesia yang ditulis untuk kepentingan dan dengan cara pandang kolonial Belanda atau lebih bersifat Eropasentris atau Nearlandosentris. Seperti yang di ungkapakan (kartodirdjo: 25), “ Telah banyak kupasan-kupasan tentang pandangan historiografis sejarah yang tradisional dan kesemuanya menekankan ciri yang menonjol, ialah Nederlandosentrisme khususnya dan Eropasentrisme pada umumnya.
            Salah satu perkembangan penting dalam penulisan sejarah di indonesia yang mengarah pada bentuk historiografi yang moderen adalah penulisan sejara yang di tulis oleh orang belanda. Sebuah tim yang terdiri dari para ahli sejarah dan diketahui Dr.FW.Stapel. judul buku sejarah yang di tulis tersebut yaitu Geschiedenis Van Nederlandsch Indie ( sejarah hindia belanda )
            Buku yang di tulis oleh stapel tersebut lebih banyak menceritakan peran penjajah belanda di indonesia. Penjajah belanda merupakan subjek atau pemeran utama dalam cerita sejarah. Sedangkan bangsa indonesia hanyalah merupakan objek dari cerita sejarah. Bangsa belanda merupakan pemilik daerah jajahan, orang yang harus di pertuan, sedangkan bangsa indonesia adalah merupakan abdi bagi bangsa belanda. Tindakan tindakan bangsa indonesia yang bertentangan dengan penjajah belanda dianggap sebagai pemberontak.
            Tokoh toko penting dari orang belanda di anggap sebagai orang besar, sedangkan tokoh tokoh bangsa indonesia yang di anggap sebagai pahlawan, dianggap sebagai orang jelek, jahat dan selalu terkait dengan cerita negatif lainnya. Misalnya diceritakan bagaimana kompeni merasa keilangan besar ketika J.P.Coen seorang gubernur jendral meninggal. Dia dikuburkan dengan cara penguburan yang besar. Ketika akan dikuburkan, rakyat betawi mengusungnya. Contoh sebaliknya adalah cerita mengenai sultan banten. Diceritakan bahwa sultan ageng tirtayasa adalah seorang yang cerdik, bijaksana dan taat menjalankan agama islam, tapi dibalik itu semua diceritakan bahwa dia memiliki kelakuan yang bengis, hatinya jelek, selamanya memusuhi kompeni dan ingin memajukan banten dan ingin membinasahkan orang orang betawi jakarta.
            Uraian penulisan sejarah yang demikian itu seperti yang di tulis oleh stapel, disebut dengan pendekatan penulisan yang nederlandosentris. Pendekatan ini berarti penulisan sejarah yang dilihat dari sudut belanda. Buku yang ditulis stepel tersebut bukanlah merupakan sejarah indonesia, tetapi merupakan suatu penulisan sejarah penajajahan belanda atau sejarah belanda di negeri jajahan. Karena penulisan sejarah yang lebih menampilkan orang belanda maka dalam tulisan itu, orang belanda seakan akan menjadi subjek dalam cerita sejarah. Bangsa indonesia dikenal sebagai kaum pribumi. Sebutan ini lebih menunjukan bahwa indonesia bukanlah dianggap sebgai bangsa, dan tidak memiliki suatu negara. Dan kedudukan bangsa indonesia dianggap sebagai pelayan bagi oang orang belanda.
            Penulisan sejarah yang Nederlandssentris dalam perkembangan kemudian banyak mendapatkan kritikan. Nederlandsentris Tidak dapat menampilkan bangsa indonesia atau penulisan yang berdasarkan pada nasionalisme bangsa indonesia. Penulisan sejara yang lebih menonjolkan peran bangsa indonesia atau indonesiansenris merupakan bentuk dari dekolonisasi terhadap historiografi, artinya pelepasan penulisan sejarah dari penjajahan belanda.
            Tidak dapat disangkal, bawa historiografi turut memperkuat proses naturalisasi historiografi indonesia. Terlepas dari berbagai objektivitas yang melekat pada penulisan penulisan sejarawan kolonial, pada umumnya deskripsinya berorentasikan fakta fakta dan kejadian kejadian, umpamanya dalam sejarah voc tentang yang bersangkutan dengan pelayaran, perdagangan dan peperangan melawan raja raja. Kekayaan akan fakta fakta sungguh menyolok. Apabila dalam sistem historiografi tradisional kehadiran bangsa belanda di indonesia handaklah diterangkan dengan memitologisasikan, seperti kisah baron sakender, sejarah (secara) teknis kita akan menghadapinya secara kritis dengan sendirinya selektif.
            Historiografi kolonial dengan sendirinya menonjiokan peran bangsa belanda dan memberi teksnsn pada aspek politis, ekonomis, dan institusional. Hal ini merupakan perkembangan secara logis dari situasi kolonial di mana penulisan sejarah dari golongan yang dominan beserta lembaga-lembaganya. Interprestasi dari zaman kolonial cenderung untuk membuat mitologisasi dari dominasi itu, dengan menyebut perang-perang kolonial sebagai usaha pasifikasi daerah-daerah, yang sesungguhnya mengadakan perlawanan untuk survival masyarakat serta kebudayaannya. Apabila kita mengingat banyaknya perlawanan selama abad 19, baik yang berupa dalam skala besar seperti perang padri dan perang dinegara atau perang aceh, atau maupun yang bersekala kecil, yang oleh rakyat juga di sebut rusuh atau brandalan, seperti pemberontakan cilegon, gedangan, jambi, cimareme, maka apa disebut pax Neerlandica lebih merupakan mitos daripada kenyataan sejarah. Sejara perang kolonial itu terutama menguraikan pelbagai operasi militer secara mendetail. Sedang bangsa Indonesia hanya disebut sebagai objek dari aksi militer belanda, tidak diterangkan organisasi intern dari pemberontakan itu, siapa dan termasuk golongongan apakah golongan itu, serta apakah yang sesungguhnya menjadi tujuannya.
Sesuai dengan namanya yaitu sejarah kolonial, maka sebenarnya kuranglah tepat bila disebut dengan penulisan sejarah Indonesia. Lebih tepat disebagai sejarah Bangsa Belanda di Hindia Belanda (Indonesia) mengapa demikian, hal ini tidaklah mengherankan sebab fokus pembicaraan adalah bangsa Belanda, bukanlah kehidupan rakyat atau kiprah bangsa Indonesia di masa penjajahan Belanda. Itulah sifat pokok dari Historiografi Kolonial ialah Eropasentris atau Belandasentris yang dibentangkan atau diuraikan secara panjang lebar di dalam aktivitas bangsa Belanda, pemerintahan kolonial, aktivitas para pegawai kompeni (orang-orang kulit putih) seluk beluk kegiatan para gubernur jenderal dalam menjalankan aktivitasnya ditanah jajahan, dan mengabaikan segala aktivitas, kejadian yang dialami oleh rakyat dan Bangsa Indonesia.
Historiografi kolonial banyak dipengaruhi tradisi penulisan sejarah di Eropa abad ke-19 di bawah tokoh Leopold von Ranke, yang di anggap sebagai “bapak”historografi modern”. Historiografi kolonial yang bersadar pada sumber-sumber arsip resmi negara mempengaruhi konstruk sejarah yang dihadirkan. Para sejarawan sejarah kolonial sepenuhnya mengandalakan studi arsip resmi yang dihimpun oleh pemerintah Kolonial Belanda yang sebagian besar merupakan laporan para pejabat baik dipusat maupun di daerah. Muda diduga bahwa laporan-laporan resmi tersebut cenderunggg disusun untuk menyenangkan atasaaan dan dimanupulasi untuuuk kepentingan karir mereka masing-masing.
Dari sumber sejarah seperti itulah para sejarah merekonstruksi proses sejarah Indonesia yang pada dasarnya menceritakan sejarah orang-orang Belanda di Indonesia. Pemanfaatan sumber-sumber lokal seperti sumber lisan dan artefak lainya belum banyak diminati sehingga kehadiran penduduk pribumi dalam historiografi kolonial tidak terlihat atau dengan sengaja disingkirkan. Di samping itu, historiografi yang bias kepentingan negara kolonial menutup kemungkinan dihadirkannya peran pribumi yang tidak ada kaitanya dengan kepentingan pemerintah kolonial Belanda. Justru yang terjadi adalah memutar balikan realitas sejarah untuk mendukung kerangka historiografi yang kolonial.
B.     Ciri-Ciri Historiografi Kolonial
            Historiografi kolonial sering disebut dengan Eropasentris yang berasal dari karya-karya yang dihasilkan oleh orang-orang Belanda. Historiografi kolonial memiliki beberapa ciri-ciri diantaranya:
1.      Penulisan sejarahnya biasanya berisi tentang kisah perjalanan atau petualangan untuk menemukan daerah-daerah baru untuk dijadikan koloninya (dijajah),
2.      Tulisan mereka lebih merupakan sarana propaganda untuk kepentingan mereka (Belanda) dan sekaligus untuk mengendurkan semangat perlawanan bangsa Indonesia,
3.      Bersifat Belanda sentris kepentingan kolonial sangat mewarnai interpretasi mereka terhadap suatu peristiwa sejarah yang terjadi. Tujuan Historiografi Kolonial adalah semata-mata untuk memperkokok kekuasaan mereka di Indonesia ataupun di temapat jajahan mereka.
            Histirografi Kolonial adalah penulisan sejarah Indonesia yang ditulis untuk kepentingan dan dengan cara pandangan kolonial Belanda atau bersifat Eropasentris atau Nearlandosentris. Peristiwa yang terjadi di Indonesia pada masa pemerintahan Belanda di tulis berdasarkan kepentingan Belanda. Historiografi kolonial berisi kisah-kisah orang-orang Belanda di tanah jajahan (Indonesia) dan orang-orang pribumi yang memiliki peran dan mendukung kepentingan pemerintahan kolonial. Orang-orang pribumi yang tidak memiliki dan menentang kepentingan pemerintah kolonial tidak masuk dalam sejarah kolonial.
            Ciri-ciri lain historiografi kolonial :
a.       Bersifat diskriminatif;
b.      Menggunakan sumber-sumber belanda;
c.       Berisi sejarah orang besar dan sejarah politik;
d.      Merupakan sejarah orang Belanda di tanah jajahan (Indonesia);
e.       Menganggap bahwa Indonesia belum memiliki sejarah sebelum kedatangan orang-orang belanda.
            Penulisan Historiogarafi kolonial dipelopori oleh penulis-penulis Belanda sebagai berikut :
1.      F. Valentijn melaui katyanya yang berjudul Oud en Nieuw oost Indien
2.      Veth melalui karyanya yang berjudul Java, Geografisch, Etnologisch, Historisch
3.      Eykman dan Stapel melalui karyanya yang berjudul Beknopt Leerboek der Geschiedenis van Nederlandsch-Indie
4.      Van dam melalui karyanya yang berjudul Beschrijvinge der O.I Compagnie
5.      Y.C Van Leur melalui karyanya yang berjudul Indonesia Trade and Society
6.      Schrieke melalui karyanya yang berjudul  Indonesia Sociological Studies
7.      Wertheim melalui karyanya yang berjudul Indonesia Society in Transition.
C.       Kelebihan dan Kekurangan Historiografi Kolonial
a.         Kelebihan Historiografi Kolonial
Tidak disangka bahwa historiografi masa kolonial turut memperkuat proses naturalisasi historiografi Indonesia, terlepas dari subjektifitas yang melekat sejarawan kolonial berorientasikan fakta-fakta dan kejadian-kejadian. Kekayaan akan fakta-fakta sunggu mencolok, pembicaraan mengenai perkembangan historiografi Indonesia tidak dapat mengabaikan literatur yang dihasilkan oleh sejarawan kolonial.
b.        Kelemahan Historiografi Masa Kolonial
1.      Subyektivitas Tinggi Terhadap Belanda
Subyektivitas begitu melekat pada historiografi kolonial, sejarawan kolonial pada umumnya deskripsinya berorientasi pada kejadian-kejadian yang menyangkut orang-orang Belanda, misalnya dalam sejarah VOC. Banyak kupasan-kupasan yang menekankan ciri yang menonjol yaitu Nederlandosetrisme pada khususnya dan Eropasentrisme pada umumnya.
Apabila kita memningat banyak perlawanan selama abad 19, baik berupa perang berskala besar (perang padri, perang diponegoro, dan perang aceh) maupun berskala kecil yang dilakukan ole rakyat disebut rusuh atau berandalan.
2.      Kekurangan Kualitatif dari Sejarawan-Sejarawan Kolonial
Kebanyakan buku tentang sejarah kolonial mempunyai hal-hal yang kaku dan dibuat-buat, buku-buku yang ditulis dari ruang studi di Belanda dan hampir seluruhnya membahas Gubernemen dan pejabat-pejabat dan orang-orang pribumi yang kebetulan bekerja pada pemerintahan kolonial. Hanya sedikit yang dibicarakan tentang rakyat berfikir, yang merasa bertindak dan hampir tidak seorang pun berusaha meneliti syair-syair, hikayat, babad, dan sejarah. Apa yang menjadi pertimbangan dan pendapat mereka karena kebanyakan sejarawan Campagnie hampir tidak menceritakan akan adanya tulisan-tulisan pribumi atau menilainya terlalu rendah. Mereka malu akan bahan-bahannya baik orang Eropa maupun orang pribumi dikritik, bahwa keadaanya jauh lebih baik dan hal ini membenarkan kehadiran orang-orang Eropa sekarang.
3.      Kekurangan Kuantitatif
Setelah masa kompeni relatif sedikit karya-karya yang diterbitkan yang disebabkan oleh sistem kerahasiaan yang fatal dan berlaku pada masa itu dan pengawasan yang menurun terhadap jajahan pada abad ke-18. Berdasarkan jumlah arsip yang banyak, hanya sedikit saja yang merupakan sumber terbuka. Cukup besar keuntungan kita apabila mempunyai penerbit dari Generalie Missiven atau laporan-laporan kolonial yang dititipkan setiaptahun, satu atau beberapa examplar pada kapal-kapal yang berlayar pulang. Tidak hanya mengenai sejarah Hindia-Belanda melainkan juga tentang sejarah Asia dan Afrika. Kita saat ini hanya memiliki satu penerbitan yang sangat tidak lengkap dari Missive yang dikumpulkan oleh ahli arsip kerajaan, de jonge memiliki hubungan dengan Indonesia. Penerbit ini dicetak atas kertas yang buruk sekali, sehingga penerbit ini tidak akan bertahan lama, hal ini merupakan salah satu contoh kesulitan yang dihadapi seorang sejarawan kompeni dan jumlah buku mengenai sejarah Indonesia sangatlah minim.



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Historiografi indonesia dari masa dulu telah mengalami perkembangan dengan tahap tahap. Bermula dari historiografi tradisional, historiografi kolonial, historiografi revolusi, dan yang sekarang berkembang adalah historiografi modern.
Berkaitan dengan bahasan kami mengenai historiografi tahap dua (kolonial), Historiografi Kolonial adalah penulisan sejarah Indonesia yang ditulis untuk kepentingan dan dengan cara pandang kolonial Belanda atau lebih bersifat Eropasentris atau Nearlandosentris
Historiografi kolonial dengan sendirinya menonjiokan peran bangsa belanda dan memberi teksnsn pada aspek politis, ekonomis, dan institusional. Hal ini merupakan perkembangan secara logis dari situasi kolonial di mana penulisan sejarah dari golongan yang dominan beserta lembaga-lembaganya. Interprestasi dari zaman kolonial cenderung untuk membuat mitologisasi dari dominasi itu, dengan menyebut perang-perang kolonial sebagai usaha pasifikasi daerah-daerah, yang sesungguhnya mengadakan perlawanan untuk survival masyarakat serta kebudayaannya
Dalam historiografi kolonial memiliki beberapa karakteritik yang membedakannya dengan historiografi pada periode lainnya. Historiografi kolonial ditulis oleh sejarawan atau orang orang pemerintah kolonial yang intinya bahwa yang membuat adalah orang barat. Pembuatan historiografi ini dimaksudkan untuk dijadikan bahan laporan pada pemerintah kerajaan belanda sebagai evaluasi menentukan kebijakan pada daerah kolonial.
            Historiografi kolonial sering disebut dengan Eropasentris yang berasal dari karya-karya yang dihasilkan oleh orang-orang Belanda. Historiografi kolonial memiliki beberapa ciri-ciri diantaranya:
4.      Penulisan sejarahnya biasanya berisi tentang kisah perjalanan atau petualangan untuk menemukan daerah-daerah baru untuk dijadikan koloninya (dijajah),
5.      Tulisan mereka lebih merupakan sarana propaganda untuk kepentingan mereka (Belanda) dan sekaligus untuk mengendurkan semangat perlawanan bangsa Indonesia,
6.      Bersifat Belanda sentris kepentingan kolonial sangat mewarnai interpretasi mereka terhadap suatu peristiwa sejarah yang terjadi. Tujuan Historiografi Kolonial adalah semata-mata untuk memperkokok kekuasaan mereka di Indonesia ataupun di temapat jajahan mereka.
            Ciri-ciri lain historiografi kolonial :
f.       Bersifat diskriminatif;
g.      Menggunakan sumber-sumber belanda;
h.      Berisi sejarah orang besar dan sejarah politik;
i.        Merupakan sejarah orang Belanda di tanah jajahan (Indonesia);
j.        Menganggap bahwa Indonesia belum memiliki sejarah sebelum kedatangan orang-orang belanda.
            Historiografi kolonial juga memiliki kelebih dan kerungan tersendiri, kelebihannya adalah dapat menjadi sumber rujukan bagi penulisan sejarah indonesia. Dan sedangkan klemahan dari Historiografi kolonial adalah memiliki subjektifitaf yang tinggi dan memiliki kelemaan kualitatif dan kuantitatif.



DAFTAR PUSTAKA
Kartodirdjo, Sartono. 2014. “Pemikiran dan Perkembangan Historiografi
Indonesia”, Yogyakarta : Ombak
Mulyana, Agus & Darmiasti. 2009. “Historiografi di Indonesia Dari Magis
Religius Hingga Struktural”, Bandung : Refika Aditama

Warto. 2014. “Dekolonisasi Historiografi Indonesia dan Kesadaran
Dekonstruktif”, Surakarta : Universitas Sebelas Maret

nasional/ di akses tanggal 16 maret 2015, pukul 18.30


http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2012/04/historiografi-masa-kolonial.html